Benarkah ada teroris di Aceh? Bisa jadi ada. Tapi mengapa mereka ada di Aceh? Benarkah mereka bermaksud menyerang orang asing di Aceh? Atau mungkin akan menjadikan selat malaka sebagai sasaran teror? Atau seperti yang diwartakan bahwa mereka berada di Aceh untuk latihan dalam rangka mendirikan Daulah Islam Asia Tenggara?
Begitulah pengakuan atau analisa yang umum diketahui oleh publik. Sedikit sekali yang melihat bahwa ini sebagai sebuah skenario dua pihak untuk dua kepentingan yang berbeda.
Pihak Jakarta, yakni Presiden di duga berkepentingan isu teroris naik kembali agar issu Century dapat mendingin. Momentum rencanan kedatangan Obama yang akan membahas masalah keamanan dan kesejahteraan mendorong pihak polisi untuk unjuk gigi terhadap teroris karena pada persoalan teroris menyimpan anggaran yang cukup besar.
Menurunnya kinerja polisi dalam hal pengungkapan dan penangganan kasus korupsi semakin mempertemukan dua kepentingan di tingkat Jakarta, yakni presiden dan polisi.
Pihak Aceh, melalui pemerintah Aceh juga berkepentingan mematahkan gerakan barisan sakit hati di kalangan Tirois yang selama ini semakin meningkatkan kritiknya terhadap kepemimpinan pemerintahan di Aceh. Suasana ini dapat dirasakan di warung kopi, di web dan blog, sms serta juga terbaca di video-video yang di posting di Youtube khususnya.
Satu-satunya cara agar gerakan ini menjauh dari masyarakat adalah jika gerakan pihak barisan sakit hati dikejutkan dengan issu teroris.
Jika memang jaringan yang berkerja di Aceh sepenuhnya teroris maka pilihan menjadikan Aceh sebagai wilayah latihan adalah pilihan bunuh diri. Siapa pun tahu kalau orang Aceh masih sangat sulit untuk menerima orang luar. Kalau pun tidak sampai mengusir dan membenci namun mata awas orang Aceh akan segera bisa menditeksi setiap gerakan yang mencurigakan.
Karena itu, mereka yang disangka teroris hanya akan datang manakala mereka sudah memiliki kontak persuasif dengan pihak-pihak yang saat ini disebut sebagai pihak strategis dan berpengaruh.
Jumlah senjata yang dimiliki oleh pihak tersangka teroris juga mencengangkan. Bukankan teroris senantiasa menerapkan pola bom dan atau ledakan yang didukung oleh “pengantin” yang sudah siap untuk mati.
Jumlah teroris di Aceh juga dalam angka yang banyak sekali. Bukankah mereka dikenal sebagai kelompok yang amat selektif dalam hal rekruetman anggota.
Jadi jumlah teroris yang (jika tidak salah 71 orang) sulit diterima akal sehat. Jadi siapa mereka yang ramai-ramai itu ada di Aceh? Siapa yang sudah memfasilitasi mereka? Cukupkah hanya seorang saja yang mengurusi semua tamu yang ada?
Jika tidak masuk akal maka mesti ada sejumlah orang lokal dan punya pengalaman untuk memastikan pihak tersangka teroris bisa tiba dengan selamat di Aceh, juga membawa senjata dan lain sebagainya.
Jadi benarkah mereka teroris atau tirois?
Tinggalkan Balasan